Proses belajar merupakan hal yang
kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar.
Terjadinya suatu proses belajar timbul suatu aktivitas
pengalaman belajar. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar ada dua faktor, pertama faktor internal yakni, keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa dan kedua faktor eksternal, yakni kondisi
lingkungan/di luar diri siswa.
1.
Faktor Internal
(keadaan siswa)
Faktor internal
terdiri dari dua faktor, yakni:
a) Faktor fisiologis, yaitu meliputi segala hal yang
berhubungan dengan keadaan fisik/jasmani individu seseorang, dan pada umumnya
sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor
tersebut meliputi kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik
Menurut Noehi Nasution, dkk. dalam
Syaiful Bahri Djamarah, bahwa, “orang yang dalam keadaan segar jasmaninya
berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan
kelelahan”.[1] Anak-anak yang kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah
mengantuk, dan sukar menerima atau memperhatikan pelajaran.
b)
Faktor
Psikologis. Belajar pada hakikatnya adalah proses
psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis
tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor tersebut adalah:
1.
Minat dan Usaha
Menurut Slameto bahwa minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat.[2]
2.
Inteligensi
(kecerdasan)
Menurut Wechler dalam Dimyati dan
Mudjiono, bahwa inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman
kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan
bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual
bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.[3]
3.
Bakat
Disamping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang dalam suatu bidang
tertentu. Bakat adalah “salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu
kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada”.[4]
4.
Motivasi
Motivasi adalah “daya penggerak atau
pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri
dan juga dari luar”.[5] Motivasi yang bersal dari dalam diri (intrinsic)
yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au
dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang
dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik)
yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua,
guru teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi
kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh
gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan
malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan
dengan pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi
keberhasilannya.
5.
Konsentrasi
Belajar
Menurut Thursan Hakim, bahwa
konsentrasi adalah “merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran,
perasaan, kemauan, dan segenap panca-indra ke satu objek di dalam suatu
aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak memedulikan objek-objek
lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu”.[6]
Pemusatan perhatian (fokus) tertuju pada objek/isi bahan belajar maupun proses memperolehnya, dan tidak terpengaruh dengan sekelilingnya. Konsentrasi sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, apabila konsen-trasi menurun tentu menggangu belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rooijakker dalam Dimyati dan Mudjiono, mengatakan bahwa “kekuatan perhatian selama 30 menit telah menurun”. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama beberapa menit.[7]
6.
Kematangan dan
Kesiapan
Kematangan merupakan suatu “tingkatan
atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana seluruh organ-organ biologisnya
sudah siap untuk melakukan kecakapan baru”.[8] Misalnya siap anggota tubuhnya
untuk belajar. Dalam konteks proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar
sangat menentukan aktifitas belajar siswa. Siswa yang belum siap belajar,
cenderung akan berprilaku tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan
mengganggu proses belajar secara keseluruhan. Seperti siswa yang gelisah, ribut
(tidak tenang) sebelum proses belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu
diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena jika siswa belajar dan
padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih
baik. Kesiapan juga erat hubungannya dengan minat.
7.
Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kelelahan jasmani (fisik) dan kelelahan rohani
(psikis). Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan ini disebabkan oleh terjadinya kekacauan
subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang
lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangakan kelelahan rohani
dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu termasuk belajar menjadi hilang. Kelelahan
jenis ini ditandai dengan kepala pusing, sehingga sulit berkonsentrasi,
seolah-olah otak kehilangan daya untuk bekerja.
8.
Kejenuhan dalam
Belajar
Menurut Reber yang dikutip oleh Tohirin
dalam Muhibbin Syah, bahwa kejenuhan belajar adalah “rentang waktu tertentu
yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil”.[9]
Seseorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar, sistem akalnya tidak dapat
bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau
pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan mandeg (stagnan)
tidak mendatangkan hasil.
2.
Faktor
Eksternal Siswa
a)
Faktor
Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah “ayah, ibu, dan
anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah”.[10] Faktor lingkungan
rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan
perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan
utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Orang tua adalah penanggung jawab
keluarga. Dalam pendidikan keluarga menjadi suatu kebutuhan yang
mendasar, sebab keluarga adalah awal dimana anak mengenal dengan orang lain dan
dirinya sendiri, serta pertama-tama mendapatkan pendidikan, yaitu pendidikan
yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan merupakan kewajiban yang bersifat
kodrati dan bersifat agamis. Hal ini diterangkan dalam Firman Allah surah
at-Tahriim ayat 6 yang artinya
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
Ayat tersebut, jelas peran orang tua di
lingkungan keluarga sangat memegang kunci. Kalau dari awal
proses belajar dan perkembangan anak tetap tercurah oleh para orang tua,
maka tercipta kondisi yang ideal bagi terwujudnya pola pikir anak ke arah
pembelajaran yang baik
b)
Faktor
Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal
terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga,
pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis,
bertingkat mulai TK sampai keperguruan tinggi.
Salah satu yang menunjang keberhasilan
belajar seseorang di sekolah adalah:
1.
Adanya
kurikulum yang baik, yakni kurikulum sesuai dengan kemampuan siswa,
sedangkan kurikulum kurang baik adalah kurikulum terlalu padat, di atas
kemampuan siswa.
2.
Sarana
prasarana, yakni
lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran
yang baik, karena adanya gedung sekolah dengan lengkap fasilitas belajar,
seperti buku pegangan anak, ruang ibadah, laboratorium dan lain-lain.
Jadi adanya kelengkapan fasilitas dan sarana dapat mempengaruhi kegiatan
belajar anak. Anak didik dapat belajar dengan baik apabila suatu
sekolah memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.
3.
Tata tertib dan
disiplin. Menurut
Thursan Hakim bahwa salah satu yang paling mutlaq harus ada di sekolah
untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya “tata tertib dan disiplin
yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten”.[11] Disiplin tersebut harus
ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para
guru, siswa sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan cara inilah dapat
mempengaruhi prestasi belajar para siswa. Sebaliknya apabila dalam suatu
sekolah tidak ada tata tertib dan kedisiplinan maka proses belajar tidak
berjalan dengan baik, dan akhirnya prestasi siswa pun kurang baik.
4.
Guru. Guru adalah salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Guru yang baik adalah guru yang profesional, mengajar sesuai dengan keahliannya. Apabila
kurang ahli dalam bidang pelajaran tertentu, maka jadi sasarannya adalah siswa,
yang kurang menguasai dengan materi. Jadi guru profesional di sini
dalam interaksi belajar mengajar diantaranya adalah sebagai berikut:
5. Relasi guru dengan siswa. Proses
interaksi siswa dengan guru, dipengaruhi hubungan yang
ada. Apabila guru dapat berinteraksi dengan siswa dengan baik,
akrab, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa mempelajarinya dengan sebaik-baiknya.
Sebaliknya apabila guru kurang berinteraksi dengan siswa secara
akrab, menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Juga
siswa merasa jauh dari guru, maka ia segan berpartisipasi secara aktif dalam
belajar.
6.
Relasi siswa
dengan siswa, yaitu hubungan yang akan mempengaruhi proses belajarnya, apabila
siswa mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman
lain, rendah diri, mengalami tekanan batin akan diasingkan dari kelompok.
Ia menjadi malas sekolah karena mengalami perlakuan kurang bagus dari
temannya. Jadi perlu hubungan baik antar siswa, agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.[12]
c)
Faktor
Lingkungan Masyarakat
1.
Kegiatan siswa
dalam masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa terlalu banyak
maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur waktu.
2.
Media Massa,
yang dimaksud dalam media massa adalah bioskop, radio, TV, surat
kabar, buku-buku, komik. Dan lain-lain. Media massa yang baik akan
memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.
3.
Teman bergaul.
Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang
kita duga. Teman yang baik membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama,
dan teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka begadang, pecandu rokok,
minum-minum maka berpengaruh sifat buruk juga.
4.
Bentuk
kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan masyarakat yang terdiri dari
orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi
dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak terpelajar,
penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh
jelek kepada anak yang berada dilingkungan itu.[13]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar