BAB
I
PENDAHULUAN
Yunus, adalah salah seorang nabi dalam agama Samawi (Islam, Yahudi, Kristen) yang disebutkan dalam Al-Qur'an dalam Surah Yunus dan dalam Alkitab dalam Kitab Yunus.
Nabi Yunus berdakwah di Ninawa Nabi
Yunus diutus Allah untuk berdakwah di sebuah tempat bernama Ninawa, dimana
penduduknya jauh dari tauhida dan agama. Mereka menyembah berhala, sesuai
dengan ajaran turun-temurun sejak jaman nenek moyangnya. Nabi Yunus diutus untuk
menyelamatkan mereka dari kesesatan dan mengangkat derajat mereka di jalan yang
lurus.
1. Penolakan penduduk Ninawa
1. Penolakan penduduk Ninawa
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi
para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran
dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah
menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah
seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus:
"Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau
anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang
sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyang kami sejak dahulu.
Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan
oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah
orang asing yang datang pada kami agar kami merubah keyakinan kami. Apakah
kelebihanmu sehingga mengajari dan menggurui kami. Hentikan perbuatan sia-siamu
itu. Penduduk Ninawa tidak akan mengikutimu karena kami teguh dengan ajaran
moyang kami". Nabi Yunus berkata: " Aku hanya mengajakmu beriman dan
bertauhid sesuai dengan amanah Allah yang wajib kusampaikan padamu. Aku
hanyalah pesuruh Allah yang ditugaskan mengeluarkanmu dari kesesatan dan
menuntunmu di jalan yang lurus. Aku sekali-kali tidak mengharapkan upah atas
apa yang kukerjakan ini. Aku tidak bisa memaksamu mengikutiku. Namun jika kamu
tetap bertahan pada aqidah moyangmu itu, maka Allah akan menunjukkan
tanda-tanda kebenaran akan risalahku dengan menurunkan adzab yang pedih padamu,
seperti yang terjadi pada kaum-kaum sebelum kamu, yaitu kaum Nuh, Aad, dan
Tsamud. Mereka menjawab dengan menantang: "Kami tetap tidak akan mengikuti
kemauanmu dan tidak takut ancamanmu. Tunjukkan ancamanmu jika kamu termasuk
orang yang benar!" Nabi Yunus tidak tahan lagi dengan kaum Ninawa yang
keras kepala. Ia pergi dengan marah dan jengkel sambil meminta Allah menghukum
mereka.
2. Penduduk Ninawa bertobat
Sepeninggal Nabi Yunus, kaum Ninawa
gelisah, karena mendung gelap, binatang peliharaan mereka gelisah, wajah mereka
pucat pasi, dan angin bertiup kencang yang membawa suara bergemuruh. Mereka
takut ancaman Yunus benar-benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar
bahwa Yunus adalah orang yang benar, dan ajarannya berasal Dari Allah. Mereka
kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Yunus. Mereka lari
tunggang langgang dari kota mencari Yunus sambil berteriak meminta pengampunan
Allah atas dosa mereka. Allah Yang Maha Pemaaf-pun mengampuni mereka, dan
segera seluruh keadaan pulih seperti sedia kala. Penduduk Ninawa kemudian tetap
berusaha mencari Yunus agar ia bisa mengajari agama dan menuntun mereka di
jalan yang benar.
3. Nabi Yunus ditelan ikan Nun
Keadaan Yunus setelah pergi dari
Ninawa tidak menentu. Ia mengembara tanpa tujuan dengan putus asa dan merasa
berdosa. Akhirnya ia tiba di sebuah pantai, dan melihat sebuah kapal yang akan
menyeberangi laut. Ia menumpang kapal itu, dan ketika telah berlayar tiba-tiba
terjadi badai yang hebat. Kapal bergoncang, dan para penumpang sepakat untuk
mengurangi beban dengan membuang salah seorang diantara mereka ke laut. Undian
pertama jatuh pada Yunus, namun undian diulang karena penumpang merasa Yunus
tidak layak dibuang sedang ia orang yang mulia. Tapi pada pengulangan yang
kedua, dan ketiga, tetap nama Yunus yang keluar. Yunus sadar itu adalah
kehendak Allah, ia kemudian rela menjatuhkan diri ke laut. Allah kemudian
mengirim ikan Nun (paus) untuk menelan Yunus. Di dalam perut ikan Nun, Yunus
bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah, ia bertasbih selama 40 hari
dengan berkata: "Laa ilaaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minadzh
dzhalimiin (Tiada tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
adalah orang yang telah berbuat dhalim)" Allah mendengar doa Yunus, dan
Memerintahkan ikan nun mendamparkan Yunus di sebuah pantai. Allah Yang Maha
Penyayang menumbuhkan pohon labu, agara Yunus yang kurus dan lemah tak berdaya
dapat bernaung dan memakan buahnya. Setelah pulih, ia diperintahkan kembali ke
Ninawa, dimana ia kemudian kaget melihat perubahan penduduk Ninawa yang telah
beriman kepada Allah. Yunus kemudian mengajari mereka tauhid dan menyempurnakan
iman mereka.
BAB
II
ISI
Tidak banyak yang dikisahkan
oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan tentang
nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan
diceritakan oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi
Yunus ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh
Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama “Ninawa” yang
bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang
asing mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada
di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala
menyekutukan kepada Allah.
Yunus membawa ajaran tauhid dan
iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah
menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan
mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan
berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka.
Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama
yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya
merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu
mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang
kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia
mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka
sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta
itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu
bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka
dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan
ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang
sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu
adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi
Yunus: “Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang
engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami
yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak
dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang
diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu?
Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan
adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas
kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu
dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat
pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di
antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat
orang-orang tua kami.”
Barkata Nabi Yunus menjawab:
“Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa
sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang
pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan
dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada
kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan
martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak
cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa
daripadamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat
memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya
mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan
ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan
akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan
menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab
seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum
Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.
Mereka menjawab peringatan Nabi
Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: “Kami tetap menolak ajakanmu dan
tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami
tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau
ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak
mendustai kami.”
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.
Sepeninggalan Nabi Yunus
penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman
Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan
benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana
yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka
melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang
peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa
disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup
dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan
ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan
bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya
sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan
memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya
kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan
sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.
Untuk menebus dosa, mereka
keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir,
seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana
azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari
anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah
dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang
mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.
Berkatalah mereka didalam hati
masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka yang
nyaris melanda mereka: “Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami
telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia
meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel kerana sikap kami yang
menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di
tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan
kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang
telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami.”
Adapun tentang keadaan Nabi
Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan
kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia
tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi
bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar
diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan
sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut
itu tidak dapat bertahan lama, kerana sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah
kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin
taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh
penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang
sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.
Para penumpang dan juru mudi
melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap
mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan
dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu
dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus
dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang
mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk
melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.
Kemudian diadakanlah undian bagi
kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai keluar
lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka dan
keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi
undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang
menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan
kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi Yunus yang dengan telitinya
memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahawa keputusan undian itu adalah
kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit
hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa
ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan
Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang
ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa
ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan
gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang
kelam-pekat.
Selagi Nabi Yunus berjuang
melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada seekor ikan
paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut sebagai
amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila saatnya
tiba.
Nabi Yunus yang berada di dalam
perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar
laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas
dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam
kegelapan perut ikan paus itu: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain
Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi
salah seorang dari mereka yang zalim.”
Setelah selesai menjalani
hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah
Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat .
Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit.
Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah
pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.
Pokok cerita tentang Yunus
terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah
Al-Anbiaa’ ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat 148.
BAB III
KESIMPULAN
1.
KESIMPULAN
Bahawasannya
seorang yang bertugas sebagai da’i – juru dakwah harus memiliki kesabaran dan
tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat
sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang
didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta
tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut,
sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud :
“Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } .”
Di dalam diri
Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas
tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum
Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima ajakannya andaikan
ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih
dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
2. SARAN
1.
Dalam
kisah ini Allah menegur Nabi Yunus
‘alaihissalam dgn cara yg halus. Dengan menahan di dlm perut seekor ikan
sebagai kaffarah sekaligus tanda kekuasaan Allah yg sangat besar dan karamah bagi
Nabi Yunus ‘alaihissalam.
2.
Termasuk
ni’mat pula dari Allah kepada beliau adl diterima dakwah beliau oleh penduduk
negeri yg berjumlah lbh dari 100.000 orang. Dan besar jumlah pengikut termasuk
sebagian keutamaan mereka.
3.
Boleh
melakukan undian ketika menghadapi persoalan yg musykil mengenai siapa yg
berhak atau tdk terhadap suatu perkara apabila tdk ada yg menguatkan salah
satunya. Apa yg dilakukan penumpang kapal tersebut menunjukkan kaidah yg sudah
dikenal yaitu mengambil kemudharatan yg lbh ringan utk menolak kerusakan yg lbh
besar. Tentu sudah jelas melempar salah seorang penumpang ke laut sangat
berbahaya namun malapetaka yg akan menimpa seluruh penumpang jauh lbh besar
bahayanya.
4.
Seorang
hamba apabila dia memiliki hubungan yg baik dgn Rabb- di mana tentuIdia selalu beramal shalih ketika dia dlm keadaan senang Allah mensyukuri amal dan mengingat pula ketika dia
dlm keadaan kesulitan yakni dgn melepaskan dari kesulitan itu atau meringankan
keadaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar